Sanpah Menjulang, Bumiku Malang

Pada usia sekolah dasar dulu sungai di sebelah rumahku airnya jernih sekali, ikan lalu lalang di dalam air kelihatan indah. Kondisi itu terjadi saat musim kemarau, sehingga anak-anak sesusia sekolah dasar hampir semua jago renang, karena mainnya memang di sungai.
Kali ini, kira-kira lima belas tahun kemudian, tak ada sumber air sedikitpun bila musim kemarau. Yang ada hanyalah air buangan limbah rumah tangga dan industri. Bayangan mandi di sungai dan mengambil ikan-ikan semaunya, tinggal kenangan yang hanya bisa dibayangkan.

Tidak peduli lingkungan
Musim hujan mulai tiba, belum genap sepuluh kali bumi mendapat guyuran hujan, akan tetapi setiap kali turun hujan, sampah-sampah terburai keluar dari selokan tumpah ruah ke jalanan akibat dari selokan yang tersumbat.
Sungguh sangat meprihatinkan kesadaran masyarakat sekarang ini, buang sampah sembarangan, tidak bisa memilah sampah organik dan sampah anorganik. Pokoknya yang berujud sampah ya dibuang.
Untung kalau masih dibuang di tempat yang sebenarnya, artinya di buang di tempat sampah, atau di bak penampungan lantas dibakar, atau dimusnahkan. Alih-alih dibakar/dimusnahkan atau didaur ulang, yang terjadi buang sampah di selokan, biarkan menumpuk, berminggu-minggu akhirnya jadilah selokan mampet, bila hujan banjir tak terhindarkan.
Fenomena buang sampah sekarang ini kian parah. Bagi keluarga yang kebetulan tidak dilewati selokan, maka jalan pintas adalah kumpulkan sampah dalam kantong besar, kemudian setiap pagi selagi matahari belum muncul, masih agak gelap (mungkin malu ketahuan orang lain), bawa kantong plastik itu dengan motor, cari sungai terdekat, lewati jembatan dan… byuuuur, seonggok kantong plastik besar sampah terlempar ke sungai. Demikian setiap hari, beberapa orang sengaja main lempar sampah ke sungai. Sangat mengerikan.
Lantas di mana kesadaran kita akan lingkungan, bukankah bumi yang telah memberi manfaat begitu luar biasa bagi kita. Ironis memang. Di saat zaman makin maju, pola hidup konsumerisme kian menggejala, kesadaran akan lingkungan kian menipis. Mau jadi apa bumi kita ini sepuluh tahun yang akan datang? Apa yang kita wariskan kepada anak cucu kita kelak? Sampah?
Bila sepuluh tahun lalu belum banyak pasar swalayan, bungkus belanja atau kemasan belanja kebutuhan rumah tangga masih didominasi dengan daun yang ramah lingkungan. Sekarang ini hampir tidak dijumpai bungkus jajan, oleh-oleh, atau belanjaan menggunakan daun. Semuanya pakai plastik yang tidak ramah lingkungan. Ini berarti produksi sampah makin banyak oleh sampah yang tidak dapat diurai bakteri dalam tanah.
Sedangkan resapan air ke dalam tanah sudah sangat berkurang dengan adanya pembangunan perumahan dan pabrik-pabrik, pengerasan jalan-jalan di kampung dan perkotaan, serta kesadaran lingkungan hidup yang kian menipis. Itulah sebabnya kenapa tiap kali turun hujan, di kampung atau di kota langsung terjadi banjir.
Limbah Cair
Selain sampah rumah tangga, sampah cair alias buangan limbah kamar mandi dan industri rumah tangga atau pabrik menambah rusaknya ekosistem bumi. Betapa tidak, air comberan yang seharusnya dibuang di septic tank, kini lebih banyak orang pilih jalan pintas. alirkan ke selokan yang sudah dipenuhi sampah rumah tangga tadi.
Lengkaplah sudah penderitaan si bumi. Mereka pikir kalau tetangga buang ke selokan, kenapa saya tidak? Irit dan praktis kan?. Bisa dibayangkan dalam kondisi cuaca hujan sekarang ini, lingkungan jadi bau, kotor, menjijikkan, dan tentu mudah menimbulkan mereka.
Maka barangkali mulai dari diri sendirilah yang paling baik, kesadaran atas pribadi-pribadi dalam pengelolaan sampah akan membantu melestarikan alam dan menjaga keberlangsungan ekosistem.
Dampak Limbah
A. Dampak terhadap kesehatan
Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau menimbulkan panyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1. Penyakit diare dan tipus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat
2. Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap
B. Dampak terhadap lingkungan
Cairan dari limbah – limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga menusia akan terkena dampak limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah rumah tangga ke sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga dapat meresahkan para penduduk.
Tips sederhana Cara menangani limbah
a. Dengan cara didaur ulang
Sampah bisa dijual kepasar loak atau tukang rongsokan yang biasa lewat di depan rumah – rumah. Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang semula bukan apa-apa sehingga bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa menghasilkan uang. Dapat juga dijual kepada tetangga kita yang menjadi tukang loak ataupun pemulung. Barang-barang yang dapat dijual antara lain kertas-kertas bekas, koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban bekas, radio tua, TV tua dan sepeda yang usang.
b. Dengan cara pembakaran
Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya.
Kelebihan cara membakar ini adalah :
1. Mudah dan tidak membutuhkan usaha keras
2. Membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil
3. Dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan lain-lain.
Yuk jaga lingkungan bumi dan isinya sebaik-baiknya sebagai anugerah Allah yang tak ternilai.

Posting Komentar

0 Komentar