
Pernah dengar SABAK? Apabila usia Anda sekarang 50 tahun atau lebih tentu tahu dan mengerti apa itu SABAK. Sabak adalah semacam alat tulis yang terbuat dari bahan batu. berbentuk persegi seukuran buku tulis. menurut Wiktionary, Sabak adalah batu tulis (alat tulis yang dibuat dari batu berbentuk papan tipis diberi bingkai untuk ditulisi): pada zaman (penjajahan) Jepang kebanyakan murid menulis di atas sabak
Seiring berjalannya waktu Sabak tergantikan dengan buku tulis. Nah sekarang muncul lagi istilah Sabak akan tetapi dengan tambahan huruf E di depannya; E-SABAK.
E-SABAK itu perangkat tablet yang berisi e-book dan aplikasi belajar interaktif untuk proses belajar mengajar. Jadi, rencananya, setiap satu siswa di daerah 3T (terdepan, terluar dan terpencil) atau kalau kita biasa menyingkatnya dengan daerah tertinggal. Yang terpilih adalah Kalimantan, Papua dan Nusa Tenggara yang memiliki daerah perbatasan dengan negara tetangga, akan dipinjami sebuah tablet untuk memudahkan mereka belajar. Cara ini diklaim lebih irit daripada menggunakan buku pelajaran yang kita kenal. Jadi materi belajar dan e-book buku pelajaran akan disematkan di tablet sehingga tablet tersebut akan menjadi pengganti semua buku. Terlebih, untuk urusan distribusi soal ujian yang sering terkendala penyaluran karena daeerah 3T ini relatif sulit dijangkau. E-Sabak akan sangat membantu karena soal tes/ujian tinggal di donlot saja. Makanya, program e-sabak ini bekerja sama dengan mengkominfo dan PT Telkom. Apa iya begitu? Hmm... kira-kira, tingkat kecurangannya berapa persen ya? Hanya tanya saja kok.
Sebagai contoh, orang tua yang punya 2 anak sekolah dasar, mencoba menghitung jumlah uang yang dikeluarkan persemester untuk membeli buku paket dan LKS. Kebetulan mereka berdua sekolah di SD swasta berbasis agama Islam. Jadi tidak ada buku paket gratis atau dana BOS. Yah... rata-rata persemester memang hampir 400 ribu. Jadi dalam satu tahun, satu anak membeli buku senilai 750 ribu yang setelah kenaikan kelas, buku tersebut tergeletak menyedihkan di sudut rak. Sayang sekali ya uangnya? Uang segitu bisa untuk membeli sebuah tablet SABAK sehingga anak bisa belajar lebih banyak dan lebih kreatif.
SABAK? Apa pula SABAK itu? Tak tahu? SABAK itu Sistem Aplikasi Belajar Aktif Kreatif atau tablet pintar untuk pelajar tingkat SD dan sederajat yang dikeluarkan oleh PT Permata Equator Media melalui OTRANS Media Edukasi pada tahun 2012 lalu. Tablet pintar ini diyakini akan memudahkan para guru dalam mengakses berbagai konten pendidikan. E-book paket, LKS, penilaian, laporan hasil belajar, game edukasi, serta materi belajar interaktif dan aneka fitur pendidikan sudah disematkan. Jadi, istilahnya, seluruh kebutuhan KBM telah diringkas di satu tablet dan bisa diakses kapanpun. Pertanyaannya, apa hubungan tablet SABAK yang kurang dikenal ini dengan E-SABAK? Mungkin hanya yang berkepentingan yang tahu. Kalau saya, asli tidak tahu. Yang jelas, saya jadi tertarik membeli tablet ini dan berusaha mencari tahu dimana membelinya. Membayangkan anak-anak memiliki tablet SABAK... saya yakin mereka yang malas belajar itu akan senang memiliki dan membacanya.
Kembali ke E-SABAK itu tadi. Saya kok tidak yakin kalo program ini mulus berjalan. Jangan-jangan hanya gebrakan sesaat. Bukannya suudzon ya.... tapi sasaran pertamanya itu loh.... kok daerah 3T yang relatif terisolasi. Jalan beraspalnya entah sudah ada atau belum. Yang jelas, kebanyakan belum ada listriknya. Pak mendikbud sendiri dengan mantap menjawab, pemerintah sedang berupaya membangun semua infrastruktur ICT dan transportasi yang dibutuhkan. Khusus untuk listrik, kalau perlu akan dibuatkan generating electricity. Apa pula itu.... yang jelas, saya jadi ingat pulau Karimunjawa yang masih daerah administratifnya Jepara. Di pulau yang jarak tempuhnya 4-5 jam dari pulau Jawa tersebut dikenal sebagai surga Jawa yang tersembunyi, tetapi tarif dasar listriknya termahal sedunia (klaimnya sih begitu, tidak tahu kenyataannya). Di sana tak ada yang punya kulkas karena listrik hanya hidup sekitar 10 jam/hari (khusus malam hari). Padahal jaraknya tak terlalu jauh dari pulau Jawa ya? Gimana dengan daerah perbatasan negara lain yang terpilih sebagai proyek percontohan pertama untuk E-SABAK ini? Saya tidak tahu. Beneran... saya tidak tahu, dan tidak bisa membayangkannya.
Sumber : dari sini
0 Komentar