![]() |
KH Djoefri Alwi |
Dikenal sebagai sosok yang penuh kegigihan dalam bidang pendidikan dan pelayanan masyarakat, KH Djoefri Alwi lahir di desa Troso Kidul, Jepara, pada tanggal 15 Desember 1925. Sebagai anak pertama dari enam bersaudara, beliau tumbuh dalam lingkungan sederhana bersama orangtuanya, Mbah Alwi dan Mbah Supi.
Perjalanan pendidikan KH Djoefri Alwi dimulai dari Sekolah Rakyat di Troso, kemudian melanjutkan ke Perguruan Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati, di mana beliau menyelesaikan pendidikan tingkat Tsanawiyah pada tahun 1944. Pada tahun 1945, beliau menikah dengan Hj. Asiyah dan dikaruniai sembilan orang anak.
Keberhasilan KH Djoefri Alwi dalam dunia pendidikan tercermin dari berdirinya berbagai lembaga pendidikan seperti Madrasah Atfaliyyah Matholi'ul Huda (MAMH) yang kemudian menjadi Madrasah Wajib Belajar Matholiul Huda (MWBMH), Madrasah Ibtidaiyyah Nahdlatul Ulama (MINU), dan Madrasah Ibtidaiyah Matholi'ul Huda (MIMH) Troso 1 di mana beliau menjabat sebagai Kepala Madrasah hingga tahun 1990.
Selain itu, bersama tokoh masyarakat lainnya, KH Djoefri Alwi turut mendirikan Madrasah Muallimin Nahdlatul Ulama pada tahun 1965, sebagai upaya untuk meningkatkan pendidikan agama di tengah-tengah masyarakat. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, beliau tetap teguh dalam misinya untuk mendidik generasi masa depan.
Selain sebagai pendidik, KH Djoefri Alwi juga aktif dalam kegiatan keagamaan di desa Troso, mengadakan pengajian rutin dan pengajian kelompok ibu-ibu. Dedikasinya terhadap pendidikan dan kesejahteraan masyarakat tercermin dari perannya dalam berbagai organisasi, termasuk Jam'iyyah Nahdlatul Ulama (NU) yang dijalaninya sejak tahun 1946.
Pada tahun 1984, beliau bersama pemuka agama dan tokoh masyarakat lainnya mendirikan Madrasah Diniyah Awaliyyah, Wustho, dan Ulya sebagai wujud keprihatinan terhadap pendidikan agama yang semakin terpinggirkan. Selama bertahun-tahun, KH Djoefri Alwi mengabdikan ilmu dan tenaganya untuk kemajuan pendidikan di masyarakat.
Pada akhir perjalanan hidupnya, KH Djoefri Alwi kembali kepada Sang Khaliq pada tanggal 29 November 1991, meninggalkan warisan berharga tentang pentingnya pendidikan dan pengabdian. Kisah hidupnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu mengutamakan pendidikan dan dedikasi dalam setiap langkah kehidupan.
Ayahku, Pahlawanku
Dalam perjalanan hidupnya, KH Djoefri Alwi telah menjadi contoh nyata tentang keuletan dan pengetahuan yang luar biasa. Dengan sumber daya yang minim namun tekad yang tak terbatas, beliau berhasil melampaui batas-batas yang ada dan meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam bidang pendidikan dan pelayanan masyarakat. Seperti pepatah yang mengatakan, "Tiada waktu tanpa ilmu", beliau telah menginspirasi generasi-generasi dengan menerangi jalan di tengah rintangan.
Perjalanan KH Djoefri Alwi merupakan cerminan dari keberhasilan semangat melawan kesulitan. Komitmennya terhadap pendidikan dan pelayanan masyarakat telah merubah kehidupan dan komunitas secara menyeluruh. Terlahir dari lingkungan yang sederhana, beliau percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan berkualitas, tanpa memandang latar belakang mereka. Melalui usahanya yang tak kenal lelah, beliau mendirikan sekolah-sekolah dengan nuansa keagamaan di daerah terpinggirkan, memberikan harapan dan peluang di tempat yang sebelumnya dipenuhi keputusasaan.
Warisan dalam bidang pendidikan, didorong oleh keyakinan mendalam akan kekuatan transformatif dari pendidikan, KH Djoefri Alwi menjadi perintis metode pengajaran inovatif yang mengakomodasi kebutuhan para pembelajar yang beragam. Madrasah dan pendidikan nonformal beliau tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai integritas, ketekunan, dan kasih sayang. Dengan mendidik pikiran-pikiran muda, beliau memberdayakan mereka untuk membayangkan masa depan di luar lingkungan sekitar mereka, membentuk generasi pemimpin dan pembuat perubahan.
Di luar ranah pendidikan, KH Djoefri Alwi juga mendedikasikan diri untuk mengangkat martabat komunitas bapak kaum petani dan ibu rumah tangga. Mengakui keterkaitan masalah-masalah sosial, beliau menjadi advokat inisiatif yang menangani kekurangan pengetahuan agama Islam, akses organisasi, dan keberlanjutan kesejahteraan lingkungan. Pendekatan holistiknya bertujuan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan, memberdayakan individu untuk memutus siklus kekurangan pengetahuan agama dan berkontribusi secara bermakna bagi masyarakat.
Sebagai bentuk apresiasi kita mengucapkan selamat jalan kepada KH Djoefri Alwi, warisannya tetap menjadi cahaya pemandu bagi generasi-generasi mendatang. Hidupnya mengingatkan kita bahwa kebesaran bukanlah diukur dari kekayaan atau status, tetapi dari dampak yang kita tinggalkan pada orang lain. Semoga semangat beliau terus menerangi jalan kita, menginspirasi kita untuk berjuang demi keunggulan dan mewujudkan nilai-nilai pengetahuan, kasih sayang, dan pelayanan.
Dengan kesungguhan dan semangat yang luar biasa, KH Djoefri Alwi telah membuktikan bahwa dengan bekal minimal pun, kita dapat berbuat maksimal dan melampaui batas-batas yang ada. Seperti kata pepatah, "Tiada waktu tanpa ilmu", beliau telah menorehkan jejak yang abadi dalam dunia pendidikan dan pelayanan masyarakat. Selamat jalan, KH Djoefri Alwi, semoga warisan dan semangatmu tetap menyala di hati generasi-generasi yang akan datang.
0 Komentar